sejarah singkat berdirinya pondok pesantren sunan drajat
Dianggap satu-satunya peninggalan wali, karena hingga sekarang ini,Ponpes SUNAN DRAJAT, masih dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan belajar mengajar Agama Islam.
Mulai TK hingga Universitas dengan jumlah siswa dan mahasiswa sekitar 8.000 orang. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia.
"Dulu di sinilah SUNAN DRAJAT mengajar para santrinya," kata Abdul Ghofur
Kini pesantren SUNAN DRAJAT telah berubah menjadi pesantren megah, yang pembangunannya menghabiskan dana Rp150 miliar, termasuk di dalamnya pemancar radio FM.Di samping membangun gedung sekolahan, gedung asrama para santri termasuk membangun Masjid Induk yang arsitekturnya mirip Taj Mahal.yng mana di dalamnya terdapat Tumbal cakra ditanam persis ditengah-tengah Masjid Induk dengan tanda warna hijau berdiameter sekitar 15 cm, menancap di keramik masjid.
Sejarah penanaman tumbal Cakra ini, sebagaimana diungkapkan Abdul Ghofur, atas inisiatif seorang pemimpin spiritual asal India yang beragama Hindu bernama, Parabhattaraka Shri Ananganandha Padha Theertha pada tahun 1999.
Berdasarkan versi pemimpin Hindu tersebut, konon sekitar 500 tahun yang lalu telah diadakan perjanjian antara tokoh Islam Syeh Subakir dengan pemimpin umat Hindu di India.
Perjanjian tersebut diantaranya berisi, "tanah Jawa yang semula masyarakatnya beragama Hindu diserahkan kepada tokoh Islam Syeh Subakir".
"Bangunan masjid juga harus berdampingan dengan arsitektur umat Hindu yaitu menara, agar tanah Jawa bisa aman," katanya.
Karena itu, setelah 500 tahun perjanjian itu harus diperbaharui dan pilihan lokasi pemasangan tumbal diletakkan di tempat peninggalan para wali yang masih tersisa.
"Kata pemimpin Hindu itu kalau tumbal tidak dipasang, akan terjadi bencana dan korbannya delapan juta orang di tanah Jawa akan meninggal," katanya.
Meski sedang sakit, Parbhattaraka Shri Ananganandha Padha Theertha datang ke Pesantren SUNAN DRAJAT untuk memasang tumbal Cakra. Dan peresmian tumbal Cakra, kata Abdul Ghofur, dilakukan langsung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) semasa menjabat sebagai Presiden RI.
Abdul Ghofur mengaku tidak tahu pasti tentang kebenaran tumbal Cakra itu. Karena kenyataannya di Indonesia secara beruntun telah terjadi berbagai bencana mulai gempa di Jawa Tengah, tsunami di Aceh, hingga lumpur Lapindo.